Selasa, 20 Maret 2012


Penyucian Alam Dan Diri Lewat Melasti
Ribuan Umat Hindu Padati Pantai Padanggalak

Sejak pagi ribuan Umat Hindu yang berasala dari beberapa Desa/Lurah khususnya di Kota Denpasar, Selasa pagi (20/3) melaksanakan ritual Melasti di Pantai Padang galak Denpasar. meski dilanda hujan kekhususkan masyarakat lewat iringan-iringan gambelan dan beberapa pretima tetap berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.  Melasti memiliki makna proses pembersihan lahir batin manusia dan alam, dengan menghanyutkan segala kotoran menggunakan air kehidupan. Oleh karena itu sembahyang dilakukan di sumber-sumber air. Upacara ini juga bertujuan memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa, agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi.

Rabu, 14 Maret 2012

Ogoh-ogoh Tainsiat 2012

TIDAK INGIN HASILNYA “ASAL-ASALAN”
25 Juta untuk “Ganapati Murka”

Menjelang Hari Raya Nyepi Sekaa Teruna (ST) di Bali berlomba-lomba menuangkan kreatifitasnya dalam garapan Ogoh-ogoh. Berbagai bentuk dan rupa Ogoh-ogoh dibuat dengan bahan styrofoam maupun anyaman bambu menghiasi setiap Banjar di Bali. Tak tanggung-tangung dalam penggarapannya dana puluhan juta pun harus disiapkan untuk menghasilkan suatu kreatifitas yang menarik untuk dapat dipertunjukan dihadapan masyarakat banyak. Seperti karya hasil kreatifitas Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana Banjar Tainsiat Desa Dangin Puri Kaja Kecamatan Denpasar Utara ini, yang mengangkat “Ganapati Murka” perwujudan Buthakala Ganesha sebagai bentuk kreatifitas ogoh-ogoh tahun ini.  Butuh waktu dan pemikiran dalam menghasilkan sebuah karya seni ogoh-ogoh, tidak hanya itu ogoh-ogoh dengan ketinggian empat meter ini pun menghabiskan dana Rp.25 juta. Besaran dana yang ditelan untuk ogoh-ogoh tahun ini seimbang dengan hasil perwujudannya. Hal ini dapat dilihat sebelum tampil pada Parade Ogoh-ogoh yang digelar Pemerintah Kota Denpasr pada pengerupukan Tahun ini, Ganapati Murka menjadi perhatian pengguna jalan setiap melintas di Jl. Nangka Selatan tersebut. Tidak hanya itu tak sedikit masyarakat yang menyempatkan diri menjepret dan mengabadikan foto Ogoh-ogoh Gana Pati Murka yang dirancang arsitek “Keduk” ini. Pada tahun sebelumnya ST. Yowana Saka Bhuwana yang beranggotakan 60 orang ini juga menggarap ogoh-ogoh dengan judul “Candrabairawa” perwujudan Buthakala dengan kepala sembilan. Hasil karya ini membawa ST Banjar Tainsiat berhasil sebagai terbaik II pada Parade Ogoh-ogoh yang dilaksanakan Pemerintah Kota Denpasar. tak berhenti sampai disitu, kreatiftas generasi muda ini terus terpacu dalam membuat ogoh-ogoh.

Senin, 27 Februari 2012

SOSIALISASI KEBERSIHAN PASAR LIBATKAN SENIMAN TRADISIONAL “DADONG REROD CS”

SOSIALISASI KEBERSIHAN PASAR LIBATKAN SENIMAN TRADISIONAL “DADONG REROD CS”

Seniman tradisional  tampaknya masih cukup handal dijadikan sebagai sarana sosialisasi berbagai program ditengah kemajuan teknologi yang sudah serba canggih saat ini. Peran ini bisa dilihat pada sosialisai kebersihan Pasar Desa yang dilakukan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPM PD) Kota Denpasa, yang melibatkan seniman Dadong Rerod Cs, Selasa (28/2) di Pasar Nyanggelan Desa Adat Panjer Densel.

Jumat, 24 Februari 2012

Pameran Lukisan Anak, Melatih Ekspresi dan Beri Ruang Kreatifitas Anak

Pameran Lukisan Anak yang diselenggarakan Sanggar Jepun Putih, Minggu (19/2) bertempat di Museum Bali Denpasar telah memberikan ruang kepada anak untuk berkreatifitas. Demikian disampaikan Walikota I.B Rai Dharmawijaya Mantra saat membuka pameran yang ditandai dengan menggoreskan gambaran pertama diatas kanfas. Sebelum kegiatan pameran dibuka tampak beberapa anak-anak peserta pameran menuangkan gambarannya diatas kanfas yang dibentangkan di depan ruang pameran secara bersama-sama.

DARI SARASEHAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT

Denpasar, Keberadaan lembaga Banjar dan Desa Adat di Bali khsusnya Kota Denpasar dengan kemajuan teknologi sekarang ini, diharapkan tidak tergerus dengan arus globalisasi dan modernisasi yang menyebabkan perubahan perilaku. Hal ini juga menjadi tantangan yang kompleks dan sangat heterogen seperti banyak kenakalan remaja dan masalah ekonomi kapitalis. Untuk itu bagaimana kedepan dalam menjawab tantangan ini dengan membentuk budaya kota dan bebuat berdasarkan filosofi agama. Menghadapi perubahan-perubahan yang terus menerus dari waktu ke waktu maka perlu kita mengetahui inti dasar dari Kebudayaan, sebab kebudayaan itu dapat selalu berubah-berubah sesuai dengan perkembangan jaman, namun dengan adanya perkembangan ternologi serta modernisasi jangan sampai meperlemah tradisi atau kebudayaan, tetapi bagaimana dengan perkembangan itu dapat memperkuat kebudayaan. Demikian disampaikan Walikota I.B Rai Dharmawijaya Mantra saat membuka Sarasehan Lembaga Adat dari Persepektif Ekonomi Berbasis Kearifan Lokal, Kamis (23/2) di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar. Sarasehan ini diikuti seluruh kelian Banjar, Bendesa Pekraman, Ketua LPD dan Pengurus Koperasi se-Kota Denpasar dengan menghadirkan beberapa nasumber seperti IB. Gde Wiyana, Prof. Dr. Nyoman Budiana, Wayan Sudarta, Made Astrawijaya dan Wayan Gatha.